Senin, 06 Desember 2010

"If I were a teacher"

"SEKOLAHKU"


Hari ini saya kehabisan ide, apa yang harus saya tulis? Oleh karena itu, saya tanyakan kepada teman saya, dan saya diberikan ide untuk menulis tentang "sistem pembelajaran".

Iya, hari ini saya akan menulis tentang "sistem pembelajaran", di mana saya akan membuat peraturan yang saya mau, serta sistem - sistem yang saya inginkan apabila saya memiliki tempat les atau sekolah sendiri.

Hal pertama yang terpikir olehku adalah, sekolah yang saya inginkan tidak harus belajar melulu. Murid - murid saya akan saya berikan waktu 3 kali mata pelajaran untuk mendalami minat mereka sendiri, tentunya dengan dibekali fasilitas - fasilitas, apabila memungkinkan. Saya tahu memang hal tersebut mungkin tidak mudah, tapi saya berkata demikian karena saya berpikir bahwa anak - anak yang selalu dicekoki materi - materi yang ilmiah, sehingga terkadang saya melihat banyak murid yang kaku. Memang nilai rapot, ataupun IP mereka tinggi, namun, mereka tidak pernah tahu apa gunanya mereka mempelajari itu, dan semua materi hanyalah teori belaka. Mungkin akan lebih baik, berikan mereka waktu untuk mendalami minat atau hobi mereka. Selain itu, hal tersebut juga dapat menyegarkan otak mereka, agar mereka tidak jenuh.

Selain hal tersebut, hal yang saya inginkan adalah tidak adanya ujian, namun adanya uji praktek, yaitu penggunaan teori di kehidupan nyata mereka sehari - hari. Ujian tertulis mungkin memang ada baiknya, namun, menurut saya itu membuat anak - anak menjadi kaku, seperti memory eksternal pada komputer, yang hanya sekedar menyimpan data - data, namun mereka tidak mengerti apa manfaatnya.

Pengalaman saya ketika masih SMA yaitu, saya merasa mempelajari mata pelajaran kimia serta fisika sangatlah tidak bermanfaat, dan hanya membuang - buang waktu. Pada hari Sabtu kemarin, saya bertanya kepada guru les yang sudah berpengalaman selama belasan tahun, "Apa sebenarnya manfaat dari mempelajari kimia dan fisika? Padahal kan tidak ada manfaatnya untuk kehidupan sehari - hari saya." Beliau menjelaskan manfaat - manfaatnya, dan membuat saya berpikir, hal itulah yang perlu disampaikan kepada murid - murid.

Aturan - aturan lainnya tetap sederhana, layaknya seperti sekolah - sekolah lain.

Sekian posting dari saya..

Sabtu, 04 Desember 2010

"If I Were A Teacher" Part IV

Pengalaman Di Lembaga Lain

Saya kemudian kembali mengajar ketika saya duduk di bangku SMA. Tetapi, saya tidak lagi mengajar Bahasa Inggris, namun Mandarin, dan juga di lembaga yang berbeda. Sebelum saya masuk mengajar, saya diwawancara dan melalui proses - proses yang seharusnya.

Kali ini saya mengajar anak - anak kuliahan, di mana saya sendiri masih SMA. Pada awalnya saya kurang percaya diri, namun saya tetap meyakinkan diri bahwa saya bisa. Saya pun diajarkan kepada guru - guru lain yang lebih berpengalaman bagaimana cara mengajar anak yang lebih besar (hanya diberikan tips - tips). Tips yang mereka bagikan adalah bahwa kesan pertama di kelas paling pertama penting. Saya berpikir bagaimana cara saya memberikan kesan yang baik, namun di sisi lain mereka tidak meremehkan saya yang lebih muda.

Saya pun menyiapkan kata - kata apa saja yang harus saya ucapkan di kelas pertama itu. Setelah saya jalani kelas pertama tersebut, ternyata semua tidak sesusah yang saya pikirkan. Di kelas selanjutnya, mereka mengerjakan tugas - tugas yang saya berikan. Mereka juga mengikuti apa kata gurunya.

Di pertemuan terakhir saya dan mereka, saya meminta mereka untuk menuliskan apa saja kesan - kesan mereka terhadap saya selama ini. Ada yang mengatakan bahwa meskipun saya masih berusia muda, namun saya dapat menyampaikan materi dengan jelas, dan dengan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa meskipun saya masih muda, saya menguasai banyak huruf kanji (Mandarin). Hal - hal tersebut selalu saya ingat, karena ketika saya sedang lelah menghadapi murid - murid saya, kata - kata tersebut pun terkadang memberikan saya semangat untuk menjadi guru yang lebih baik lagi (mengajar secara efektif).

Kesimpulan : Saya merasa bahwa kesan pertama, apa yang dikatakan di kelas pertama, bagaimana pembawaan seorang guru di pertemuan pertama, itu akan mempengaruhi pandangan murid - murid terhadap gurunya, sehingga otomatis juga akan mempengaruhi jalannya di pertemuan - pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, ciptakan kesan pertama yang baik, sehingga kelas dapat diatur sebaik mungkin, karena kesan pertama itu penting sekali.


Sekian posting dari saya..

Jumat, 03 Desember 2010

"If I Were A Teacher" Part III

Teknik Mengajar yang digunakan
Saya pun akhirnya melewati training dan memegang kelas sendiri. Jumlah murid dalam kelas berjumlah sekitar 10 murid, dan dengan posisi duduk menghadap ke papan tulis. Murid yang saya pegang rata - rata adalah murid SD. Di tempat les ini tidak mengajarkan pelajaran sekolah, namun memiliki sistem sendiri, yaitu mengikuti buku yang digunakan dari lembaga tersebut. Sekarang saya duduk di bangku kuliah, dan mengambil jurusan Psikologi.


Salah satu mata kuliah yang sedang saya jalani sekarang adalah Psikologi Pendidikan II (Semester V). Dalam mata kuliah tersebut, terdapat teknik - teknik mengajar, yaitu berupa
teacher - centered dan Student - centered. Saya mulai menyadari bahwa ketika saya mengajar dulu, saya cenderung menggunakan teacher - centered sebagai teknik mengajar saya. Teknik yang saya gunakan menurut saya cukup tepat, karena untuk mengajar murid SD, yang mempunyai karakteristik yang agak susah diatur (bandel, nakal, dan lain - lain), kurang cocok apabila mereka diharuskan menjadi active learner dalam kelas.


Bagaimana teknik Teacher - centered yang saya terapkan di dalam kelas? Saya selalu membiasakan diri mengulang bahan - bahan yang telah saya ajarkan minggu sebelumnya, baik itu dengan tanya jawab, atau dengan memberikan tes tertulis sejenak. Setelah itu, saya memberikan materi - materi baru, yang biasanya berupa vocabulary baru atau grammar yang masih dasar. Saya menggunakan teknik Modelling untuk mengajarkan vocabulary dan pelafalan yang benar, yaitu dengan saya membacakan kata - kata yang masih asing untuk mereka itu, dan mereka mengulangnya. Setelah itu, mereka akan disuruh untuk menghafalkan kata - kata tersebut, lalu akan diteskan secara tertulis dan lisan. Selain itu, untuk pengajaran Grammar, saya memberikan materi - materi, dan saya menjelaskan secara jelas di depan kelas, dan kemudian saya akan memberikan soal - soal latihan untuk murid - murid.


Menurut saya, hal positif yang bisa saya ambil apabila menggunakan teknik
Teacher - centered adalah saya dapat lebih mudah mengatur atau mengontrol anak - anak yang masih duduk di bangku SD itu. Selain itu, anak SD yang lebih pasif tidak merasa dirinya inferior dibanding dengan anak - anak lain yang seumuran dengannya, yang dikarenakan dirinya kurang terlihat aktif dan kurang dapat mengutarakan idenya dibanding temannya, yang membuatnya merasa "bodoh". Teacher - centered ini juga bagus untuk anak yang kurang memiliki motivasi diri yang tinggi.


Kesimpulan : Teacher - centered bagus untuk anak yang masih tergolong muda (anak SD, TK). Penggunaan Teacher - centered learning sebaiknya digunakan untuk kelas yang lebih terlihat pasif dan pada murid - murid yang kurang motivasinya untuk belajar. Namun penggunaan teknik ini akan lebih baik apabila murid juga diberikan kesempatan untuk tanya jawab, dan mereka juga diberikan PR (pekerjaan rumah) untuk lebih banyak berlatih lagi.
Kekurangan Teacher centered (menurut http://www.campwriteaway.com/site/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=30)



Bacaan yang berhubungan :

http://www.just4uslearning.org/teachers-1/direct-instruction
http://www.21stcenturyschools.com/What_is_21st_Century_Education.htm



Sekian posting saya hari ini..

Kamis, 02 Desember 2010

"If I Were A Teacher" Part II

Pengalaman Ketika Menjalani Training

Saya menjalani training selama 3 bulan, dan training tersebut merupakan salah satu persyaratan agar saya bisa memiliki kelas saya sendiri. Dalam training tersebut saya berperan sebagai asisten. Ketika saya baru mulai menjalani training, saya merasa sangat bosan, karena saya sendiri tidak mengerti maksud dari training tersebut. Saya hanya diberitahu bahwa training tersebut bertujuan untuk membuat saya mengerti bagaimana cara mengajar seorang mentor di dalam ruangan. Saya sendiri pada saat itu merasa Training selama 3 bulan tentu akan menjadi hal yang sangat membosankan untuk saya, namun pada kenyataannya tidak.

Di dalam kelas, saya turut ikut membantu ketika ada murid yang membutuhkan bantuan. Pada saat itu juga, saya merasa dari situlah, saya mulai belajar bagaimana cara meng-handle seorang murid, meskipun hanya cuma satu. Pelan - pelan saya belajar bagaimana saya harus mengurus satu murid tersebut, agar dia tidak telat dalam mengejar materi yang sama dengan murid - murid lainnya. Memang pada awalnya saya merasa tidak puas dengan cara mengajar saya. Murid tersebut tidak sepenuhnya mengerti apa yang telah saya ajarkan. Saya mulai berpikir, "Kalau saya tidak bisa meng-handle satu murid saja, bagaimana cara saya meng-handle satu kelas?". Saya mulai belajar untuk menyampaikan materi secara sistematis, sehingga akan lebih mudah dipahami, dan mulai merencanakan bagaimana agar saya dapat membantu tidak hanya satu murid, namun dua murid di waktu yang bersamaan.

Semakin ke depan, saya semakin mengerti maksud dari training yang diberikan. Menurut saya pribadi, saya diberikan pelajaran tahap demi tahap. Dari bagaimana cara meng-handle satu murid, dua murid, sampai dengan satu kelas. Selain itu, saya juga belajar bagaimana cara mengajar yang menurut saya efektif. Cara mengajar yang diterapkan untuk setiap anak pun berbeda - beda, namun sebagai seorang mentor yang baik, saya harus bisa meng - handle kelas saya sendiri, dan saya sebagai mentor harus dapat berperan secara fleksibel (apabila keadaan berubah, saya harus segera membuat planning baru,ataupun sebelum itu sediakan planning - planning lain selain planning utama).

Kesimpulan : Training dalam sebuah pengajaran sangat penting untuk guru atau mentor yang belum berpengalaman. Guru atau mentor dapat melihat cara mengajar, dan mempelajari dari apa yang telah dilihatnya, dan setelah itu dapat mengevaluasi sendiri. Dalam training juga kita dapat melihat berbagai cara problem solving seorang guru yang berpengalaman apabila bertemu dengan masalah (misalkan murid yang bandel, atau enggan membuat tugas yang diberikan). Selain hal tersebut, membuat planning sebelum mengajar juga sangat diperlukan.


Thanks for reading.. See you in the next post...

Rabu, 01 Desember 2010

"If I Were A Teacher" Part I

Membuat Planning Ketika Saya Mengajar Dulu

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri dahulu. Saya adalah Suyani, mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Saya membuat posting ini dikarenakan untuk mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester. Tema yang diberikan adalah "Jika saya adalah seorang guru".

Saya ketika masih SMP adalah seorang guru les di sebuah lembaga pendidikan mengajar Bahasa Inggris. Saya sebelumnya adalah murid di lembaga tersebut, namun setelah sekian lama saya les di sana, saya diberi kesempatan untuk mengajar. Pada awalnya saya diberitahu bahwa saya harus mengikuti training terlebih dahulu, yaitu dengan mengikuti kelas mentor lainnya, dan saya melihat cara mengajar mereka selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, saya diberi kelas sendiri.

Di tempat les tersebut selalu diadakan meeting (rapat) setiap Sabtu. Meeting tersebut dipimpin oleh pemilik dari tempat les tersebut yang merupakan lulusan dari Singapore. Pada meeting tersebut, setiap mentor diminta untuk membuat planning untuk setiap kelas yang dipegang terlebih dahulu, yang akan diutarakan ketika meeting berlangsung (tentunya dengan bahasa inggris).

Menurut pengalaman saya ketika membuat planning, saya harus memperhitungkan setiap bab pada buku, dan membaginya menjadi sejumlah pertemuan dalam sebulan. Selain itu, hal yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana agar murid tersebut tidak melupakan pelajaran sebelumnya. Menejemen waktu juga diperlukan sehingga waktu untuk mengerjakan latihan, serta mengulang pelajaran sebelumnya juga sempat terlaksana semua. Planning yang dibuat harus benar - benar dipertimbangkan sebaik - baiknya berdasarkan jumlah anak pada setiap kelas, dan karakteristik anak juga harus diketahui agar kelas dapat diatur dengan baik.

Apabila planning yang dibuat tidak terlaksana, maka kita harus membuat planning yang lain sesuai dengan keadaan di kelas. Apabila terjadi perubahan dalam kelas, maka mentor harus dengan fleksibel mengatur planning baru, dan mempertimbangkan lagi langkah selanjutnya yang harus ditempuh, agar kompetensi anak tersebut tercapai dan tidak terhambat.

Selain mengutarakan planning yang dibuat, dalam meeting juga harus membuat evaluasi menurut kita sebagai mentor. Progres dari murid - murid harus diperhatikan, dan hal tersebut menurut saya mempengaruhi planning yang harus diberikan pada pelajaran selanjutnya.


Sekian posting saya untuk hari ini, terima kasih telah berkunjung dan membaca.

First Post After a few months

Hi guyssssssssssss... i am backk!! :D
Finally, i'm back to blogging world..
And it's because i was given a task by my teacher..
but still, all of u may enjoy my posting here.. :D
the post is about, "if I were a teacher"..
The first time when I was told to do this assignment, I thought it would be fun..
I can share my experience as a teacher here before..
And it also makes me think about what I should do before we teach..
The fact is, I have to prepare so many things..
As I am teaching Mandarin right now too, I can also fulfill those plans, and evaluating it myself..


See you on my next post Guys...
My best regards, love u all.. :D